Mengenal Perbedaan Ganja dan Catha Edulis



Ganja (Cannabis Sativa, Cannabis Indica) merupakan tanaman semusim dan penghasil serat sebagai bahan pembuat kantung. Biji ganja juga digunakan sebagai sumber minyak. Namun di kemudian hari ditetapkan sebagai tanaman yang dilarang untuk dibudidayakan, mengingat adanya kandungan zat tetrahidrokanabinol. Tanaman ganja sangat prospektif jika ditinjau dari segi ekonomi.


Catha edulis Forsk (Khat, Qat, Gat) merupakan spesies tanaman berdaun sepanjang tahun dari famili Celastracheae. Diperkirakan sebagai tanaman asli dari Afrika Timur. Di Somalia disebut Qaat atau Jaad. Sementara di Etiopia disebut Chat. Sebelum dipastikan terdapat senyawa Cathinone, tanaman Catha Edulis hanya sebatas tanaman semak yang sewaktu-waktu ditebang dan dibakar. Namun, sebagai elemen tradisi sosial pada beberapa komunitas di Afrika Timur, bila dikunyah, daun tanaman ini dapat menimbulkan perasaan segar dan euforia.
Sekitar abad ke-15, tanaman ini kemudian dibawa dari Etiopia ke Yaman, Jazirah Arab, yang kemudian dibudidayakan secara luas sebagai agrikultur yang prospektif bagi petani. Di Yaman, Catha Edulis disebut Qat and Gat. Tahun 2001, diperkirakan pendapatan petani dari budidaya tanaman Catha Edulis mencapai 2,5 juta ryal per hektar. Sekitar 75 persen penduduk Yaman berusia 16 sampai 50 tahun mengunyah daun Qat. Namun, tahun 2007, pemerintah Yaman mengeluarkan regulasi membatasi budidaya tanaman ini.
Meski dilarang di sejumlah negara, ada juga yang melegalkan zat yang memberi efek euforia. Bahkan di Israel, Chatinone dibuat sebagai bahan untuk jus.  Minuman tersebut cukup kondang hampir di seantero Israel dan beberapa wilayah di Timur Tengah. Bahan dasar jus diambil dari daun dan tunas tumbuhan Khat.
Untuk membuat jus khat sama seperti dengan meracik jus lainnya. Daun dan tunas khat dicuci, lalu diblender atau ditumbuk setelah sebelumnya dicampur dengan air. Bisa juga ditambah gula sebagai penambah rasa.
Tanaman Beracun
Terdapat sekitar 44 spesies tanaman Catha di Yaman. Tiap 100 gram daun segar Catha mengandung 36 miligram katinon, 120 miligram cathine, dan 8 miligram norefedrin. Tetapi,  Widler et al. (1994) menemukan 102 mg katinon, 86 mg cathine dan 47 mg norefedrin pada setiap 100 gram daun segar Catha edulis yang berasal dari Kenya. Konsumsi dosis rendah katinon sekitar 0,2 miligram per kilogram berat badan tidak menimbulkan efek buruk pada tubuh.
Lantaran kemajuan transportasi udara, kini tanaman Catha Edulis tersebar luas di berbagai negara, seperti Inggris, Italia, Belanda, Kanada, Israel, Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat. Lewat penelitian ilmiah pada 1975, dari daun Catha dapat diekstrak senyawa alkaloid monoamin cathinone (katinon), suatu senyawa yang berefek mirip amfetamin.
Daun Catha Edulis memiliki ukuran panjang 5-10 sentimeter dan lebar 1-4 sentimeter. Sebagai jenis tanaman yang tumbuh lambat, Catha edulis memerlukan waktu 8 tahun untuk mencapai tinggi maksimum 3 meter. Dalam daftar tanaman beracun, Catha edulis dikategorikan sebagai tanaman beracun kelompok I yang mengandung senyawa yang dapat menimbulkan keracunan serius berupa muntah, sakit perut dan diare dalam waktu 60 sampai 90 menit setelah tertelan.
Dalam waktu 48 jam, cathinone merupakan senyawa yang labil untuk berubah menjadi nore­fedrin, senyawa simpa-tomimetik yang digunakan sebagai cikal obat asma dan hidung tersumbat karena pilek (de-kongestan). Berbeda de ngan daun ganja, daun Catha Edulis tidak pas untuk dijadikan rokok lantaran kelabilan senyawa katinon.

#sitomgum | http://x.co/tHBR

0 komentar: